perang madura vs dayak

2024-05-19


(Liputan6.com/Ola Keda) Liputan6.com, Jakarta - Malam di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, baru saja beranjak. Minggu dinihari, 18 Februari 2001, tepat pukul 01.00 WIB, sekelompok warga Dayak menyerang rumah seorang warga Madura bernama Matayo di Jalan Padat Karya.

The conflict took place between the indigenous Dayak people and the migrant Madurese people from the island of Madura off Java. The conflict was ignited by aggressive acts of violence on the part of the Madurese, who murdered some Dayak people and took control of Sampit, declaring that it is "the second Sampang," which means "the second Madura."

Konflik Sampit merupakan kerusuhan antarsuku yang melibatkan orang Dayak sebagai penduduk asli dan suku Madura sebagai pendatang. Konflik Sampit diawali dari pembakaran salah satu rumah milik orang Dayak di Jalan Padat Karya pada Minggu (18/2/2001) dini hari.

Tim Redaksi. Lihat Foto. Konflik Sampit (Kompas) KOMPAS.com - Hari ini 21 tahun lalu, tepatnya 18 Februari 2001, konflik Sampit yang merupakan konflik antara suku Dayak asli dan warga migran Madura pecah.

Kompas.com. Tren. Sejarah Konflik Sampit: Kronologi, Penyebab, dan Penyelesaiannya. Kompas.com - 16/03/2023, 06:44 WIB. Yefta Christopherus Asia Sanjaya, Rizal Setyo Nugroho. Tim Redaksi. Lihat Foto. Konflik Sampit. (Kompas)

Orang Madura dianggap tidak mau memahami budaya orang Dayak sehingga tidak sesuai dengan peribahasa "di mana langit dijunjung di situ bumi dipijak". Banyaknya jumlah orang Madura membuat kelompok ini merasa berpengaruh dan menguasai Sampit. Orang Madura menganggap Sampit merupakan Sampang II, wilayah lain dari Sampang yang berada di Pulau Madura.

Konflik ini melibatkan dua buah etnis antara suku Dayak asli dan warga Imigran Madura dari pulau Madura. Konflik tersebut pecah pada 18 Februari 2001 ketika dua warga Madura diserang oleh sejumlah warga Dayak. Konflik ini mengakibatkan lebih dari 500 kematian, dengan lebih dari 100.000 warga Madura kehilangan tempat tinggal di Kalimantan.

Pada 19 Januari 1999 sekitar 300 warga Madura menyerang warga Melayu di Desa Parit Setia yang akhirnya mengakibatkan hilangnya nyawa 3 orang, 2 diantaranya orang Melayu dan 1 orang Dayak mu'alaf. Upaya damai dengan mediator camat Tebas tidak membuat pihak Melayu puas karena tak ada hukuman berarti bagi pelaku penyerangan tersebut.

Kenapa masyarakat pendatang lainnya tidak diusik? Tidak terdapat jawaban yang gamblang. Penjelasan-penjelasan yang paling umum diutarakan dalam ungkapan stereotipe. Orang Dayak seringkali memandang orang Madura sebagai orang yang sombong, eksklusif, cenderung menggunakan kekerasan, serta tidak dapat dipercaya.

Sekitar 100 orang Madura dipenggal kepalanya oleh kepala Suku Dayak, sedangkan dari pihak Dayak ada 6 orang yang menjadi korban jiwa. Namun secara keseluruhan, sekitar 469 orang menjadi korban tragedi yang mengenaskan ini.

Peta Situs